REDAKSIBALI.COM. Sebagai komitmen untuk melestarikan
seni dan budaya Bali, Komunitas Kubu Barong dan Pregina Art menyelenggarakan Bali
Barong Festival II di Wantilan Pura Dalem Kedewatan, Sanur. Kegiatan yang berlangsung
selama dua hari yakni dari tanggal 27 hingga 28 Januari 2018 ini menggelar
perlombaan yang terdiri dari tiga kategori, yakni lomba barong ket, lomba
barong buntut, dan lomba makendang tunggal.
Adapun lomba ini
diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari 10 pasang mekendang tunggal dan
bapang barong buntut tingkat SD; 15 pasang makendang tunggal dan bapang barong
buntut tingkat SMP; dan 25 pasang makendang tunggal dan bapang barong tingkat
umum. Masing-masing kategori tersebut nantinya akan memperebutkan
Juara I, II, III, harapan I, harapan II dan harapan III yang
nantinya berhak atas piala, piagam dan uang pembinaan.
Penasehat Kubu Barong,
Jro Mangku Alit Mariata bersama Ketua Panitia, I Ketut ‘Batu’ Suardana,
mengatakan, bahwa Bali Barong Festival tahun 2018 ini merupakan salah satu
bentuk kerjasama antara Komunitas Kubu Barong bersama Pemkot Denpasar dalam
bidang peletarian budaya, khususnya seni tari barong dan kendang tunggal.
Dijelaskan lebih
lanjut, adanya kategori barong buntut yang pesertanya merupakan siswa SD dan SMP
se-Bali ini merupakan salah satu upaya untuk melahirkan bibit baru dalam dunia
kesenian, khususnya penari barong dan kendang. “Karena ini ajang regenerasi
sehingga kami melaksanakan lomba barong buntut, sedangkan untuk kategori umum
menggunakan jenis barong ket, dan untuk peserta SD dan SMP itu dibedakan,
karena bapang barong dan mekendang tunggal merupakan kesenian yang memerlukan
tenaga dan penjiwaan yang maksimal. Jadi kalau SD dan SMP jika dilihat dari
tenaga pasti berbeda,” ujarnya.
Pun demikian, untuk
lebih maksimal dalam menghasilkan bibit baru dalam dunia kesenian khususnya, mekendang
dan tari barong, pada ajang Bali Barong Festival ini tidak diperkenankan
mengikuti lomba bagi siapapun yang pernah meyandang status juara I, II dan III
pada berbagai ajang lomba bapang barong dan makendang. “Kami menegaskan untuk
tidak memperkenankan juara I, II dan III di berbagai jenis lomba bapang barong
dan mekendang untuk ikut, kami khawatir bibit baru malah takut dan merasa kalah
sebelum bertanding,” paparnya.
Sementara itu, Walikota
Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan, pihaknya selalu mendukung
kegiatan pelestarian kesenian dan budaya Bali. Hal ini lantaran
kebudayaan dan seni di Bali memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan
kebudayaan lainnya. Ciri khas inilah yang disebut dengan taksu atau kharisma yang nantinya mampu memberikan kesan tersendiri
bagi sebuah kesenian di Bali. “Jadi seluruh masyarakat Bali, tentunya generasi
muda harus tetap melestarikan seni dan kebudayaan Bali, karena kebudayaan Bali
itu me-taksu, ini yang tidak ada di
daerah lain,” ungkap Rai Mantra.
Dikatakan Rai Mantra, seni
tari barong merupakan salah satu kesenian yang identik dengan kebudayaan Bali,
bahkan saat ini telah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Hal ini
lantaran hampir semua Desa di Bali memiliki pelawatan barong, sehingga diperlukan
seniman Tari Barong untuk tetap menjaga eksistensi seni Tari Barong itu
sendiri. “Hampir semua desa memiliki pelawatan barong, tentu sudah menjadi
kewajiban kita sebagai krama masyarakat untuk tetap melestarikanya,” ujar Rai
Mantra.
Rai Mantra menambahkan,
seniman di Bali merupakan ujung tombak pengenalan Bali di kancah dunia. Bahkan,
majunya pariwisata di Bali tidak lepas dari adanya seni dan budaya di Bali.
Tentu, kesenian tersebut tidak akan ada tanpa peran serta seniman. Karenanya,
pelaku seni wajib mendapat penghargaan dan ruang tersendiri untuk berkreasi
sehingga ekonomi kreatif dalam menunjang keberlangsungan pariwisata dapat terus
bergulir. (dik)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yang tidak sesuai dan Mengandung Unsur Pelanggaran Atas SARA dan Ujaran Kebenciaan akah di hapus tanpa pemberitahuan sebelumnya