BeritaDaerah

Sinergi Para Pihak dalam Inclusive Marine Tourism

Suasana pelaksanaan Program Inclusive Marine Tourism di laut Desa Tulamben, hari Selasa (22/12/2020)

REDAKSIBALI.COM – Degradasi ekosistem karang membutuhkan upaya nyata untuk meningkatkan tutupan karang hidup dan berpotensi menjadi ikon wisata bahari baru pasca pandemic Covid 19 yang menerpa dunia saat ini. 

Conservation International (CI) Indonesia bekerjasama dengan Balai KSDA, Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN), Pemerintah Desa Tulamben dan Organisasi Pemandu Selam Tulamben (OPST) merancang program ‘Inclusive Marine Tourism’ dengan membuat struktur substrat karang berbentuk huruf I love Tulamben dan patung-patung hewan bawah laut.

“Program Inclusive Marine Tourism merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kami beberapa tahun bekerja di Tulamben. Awalnya kita mendorong bagaimana kawasan konservasi terbangun di Desa Tulamben, memastikan pariwisata di Tulamben berjalan secara berkelanjutan sehingga konservasi menjadi komponen penting dari pariwisata yang berjalan,” jelas I Made Iwan Dewantama, Senior Manager Bali Island & Sunda Banda Seascape CI Indonesia.

Program ini menjadi inovasi kegiatan pariwisata di kawasan konservasi (KKP Karangasem) yang dilakukan secara kolaboratif (inklusif) antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan pada 22 Desember 2020 yang diawali dengan persiapan 400 bibit karang oleh KPKHN, pembukaan sekaligus briefing kegiatan dan penyelaman ke Pantai Coral Garden untuk melakukan penanaman bibit karang tersebut.

Sekitar 40 penyelam yang tergabung dalam organisasi OPST diterjunkan untuk melakukan penanaman bibit karang tersebut ke bawah laut.

“Penyelam dibagi dalam 2 tim, satu tim melakukan penanaman bawah laut dan sebagian lagi menyiapkan substrat karang di bibir pantai sebelum dibawa ke bawah laut,” ujar Nyoman Suastika, Wakil Ketua OPST Tulamben.

Bibit karang yang ditanam merupakan hasil budidaya KPKHN yang dalam aturan perundang-undangan menyebutkan bahwa pembudidaya wajib mengembalikan 10 persen hasil total produksi ke alam. Dari 400 bibit karang tersebut Acropora spp menjadi jenis terbanyak yang ditanam sebanyak 260 pcs. Diikuti dengan Montipora spp 100 pcs, Stylophora spp 30 pcs, Favites spp 5 pcs, dan Favia spp 5 pcs.

Agus Joko Supriyatno, Ketua KPKHN mengungkapkan bahwa ini adalah kali kedua KPKHN melakukan restocking karang di Tulamben. Kami mendukung kegiatan masyarakat Tulamben dan memberdayakan masyarakat,” ungkapnya.

Selaku perwakilan pemerintah dari Balai KSDA, Sulistyo Widodo (Kasi Konservasi Wilayah 2 Balai KSDA) sangat mengapresiasi kegiatan ini dengan harapan kerja sama antara berbagai pihak ini bisa menjadi percontohan di tempat lain dan tentunya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat setempat sekaligus menarik wisatawan.

Melalui kegiatan ini diharapkan akan semakin mempererat kerja sama masyarakat dengan pihak swasta sekaligus melestarikan ekosistem bawah laut Tulamben yang menjadi daya tarik utama wisata di desa pesisir ini.

 
“Ini akan menjadi destinasi baru di Tulamben, kebun koral yang sedang kita bangun dengan harapan proses yang kita lakukan di bidang konservasi dan pariwisata melibatkan banyak pihak secara inklusif,” tutup Iwan(GR,ari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *