DaerahWisata

Menparekraf Sandiaga Uno Minta Tindakan Cepat Terhadap Teror Serbuan Lalat di Kintamani, Bali

RedaksiBali.com – Fenomena serbuan lalat di Kintamani, Bangli, telah menjadi perhatian serius dari level menteri hingga anggota dewan. Viral di media sosial, banyak warganet merasa risih dengan kondisi ini, terutama karena Kintamani adalah destinasi wisata populer di Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno merespon cepat terhadap teror serbuan lalat ini. Dalam sebuah kegiatan hybrid di Gedung Sapta Pesona Jakarta pada 10 Januari 2024, Menparekraf Sandiaga meminta Dinas Pariwisata Provinsi Bali, yang diwakili oleh Kadispar Bali Tjok Bagus Pemayun, untuk segera mengambil tindakan.

“Ada fenomena lalat di Kintamani. Segera ditindak lanjuti, siap Pak Tjok?” ujar Menparekraf Sandiaga Uno.

Tjok Bagus Pemayun, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, dengan sigap menjawab, “Siap Mas Menteri, saya koordinasi dengan teman-teman di Bangli karena ini sudah menjadi perhatian kita.”

Menparekraf Sandiaga juga mengajak media untuk terus memantau fenomena ini agar pengalaman wisatawan tetap menyenangkan. Dia menyoroti pentingnya menjaga protokol kesehatan cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE) agar tetap terjaga oleh pelaku pariwisata.

baca juga….

Penyebab Meningkatnya Jumlah Janda di Kota Bandung Pasca Lebaran: Faktor dan Tren Perceraian

Penumpang Mobil Berpelat F Viral karena Buang Sampah Sembarangan di Puncak

Rusak Jaring Pagar, 14 Pengungsi Rohingya Kabur dari ISC Aceh Timur

Guncangan Duka: Tragedi Ayu Miranda dan Kasus Gantung Diri di Bali, Ada Hubungan?

Jero Gede Tindih, anggota DPRD Bangli, turut memberikan pandangan terhadap serbuan lalat di Kintamani. Dia menyebut bahwa peningkatan populasi lalat disebabkan oleh penggunaan pupuk mentah, terutama limbah kotoran, dan kondisi alam yang mendukung.

Jero Tindih mengusulkan solusi dengan melepaskan burung atau predator alami untuk mengendalikan populasi lalat. Dalam tanggapannya, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Bangli, I Wayan Sarma, menyatakan bahwa peningkatan populasi lalat adalah fenomena biasa, terutama pada musim buah di Kintamani.

Sarma mengakui bahwa penggunaan limbah ternak sebagai pupuk dapat memicu peningkatan populasi lalat. Sebagai langkah jangka panjang, Jero Tindih dan I Wayan Sarma menyarankan pemerintah daerah untuk melepaskan predator alami dan memberikan edukasi kepada petani tentang penggunaan pupuk yang lebih baik. Mereka juga berencana menggunakan perangkap lalat, seperti 'likat kuning' (lem lalat), untuk mengurangi populasi lalat.

Dengan demikian, perhatian serius dari pemerintah dan langkah-langkah konkret diharapkan dapat mengatasi teror serbuan lalat di Kintamani dan menjaga keberlanjutan pariwisata di Bali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *